Sering bergaduh dengan pasangan? Tak perlu buru-buru merasa Anda "tiada jodoh", lalu memutuskan untuk bercerai. Sebab, sering bergaduh ternyata justru membuat hubungan lebih kuat. Asalkan, pertengkaran yang terjadi bukan tergolong kasar atau merusak.
Situs Shaadi.com dari India belum lama ini mengadakan riset menyeluruh bersama agensi IMRB, dan mendapati bahwa 44 persen pasangan menikah percaya bahwa bergaduh membantu menjaga komunikasi tetap berjalan. Membahas masalah dalam hubungan secara konstruktif membuat hubungan jadi bebas stres. Meskipun begitu, harus dibezakan bahwa ada juga jenis pertengkaran yang desktruktif, kasar, dan menyakitkan, yang memang tidak baik untuk hubungan berpasangan.
"Yang ditunjukkan oleh penyelidikkan ini adalah bahwa masalahnya bukan kerna apakah pasangan menjadi marah, tetapi bagaimana mereka mengatasinya," ujar William Doherty, profesor di Department of Family Social Science, University of Minnesota, pada StarTribune.com.
Beberapa pakar lain juga sepakat bahwa argumentasi boleh menjadi cara terbaik untuk menghadapi masalah, dan bukannya menyimpannya saja sehingga menimbulkan kebencian. Paling tidak, kita harus mencoba menyampaikannya kepada pasangan, demikian menurut Bernie Slutsky, penasihat perkawinan di St Louis Park, Minnesota. Kadang-kadang apa yang kita sampaikan mungkin tidak ditangkap oleh pasangan, sehingga nada suara kita jadi "naik". "Tetapi ini masih lebih baik daripada hanya duduk dan saling memunggungi. Yang seperti itu lebih destruktif," katanya.
Menurut Slutsky, tak masalah juga jika orangtua harus bertengkar di hadapan anak, asalkan pertengkaran ini diakhiri dengan saling menghargai. Lewat sesi bergaduh ini orangtua juga boleh menunjukkan pada anak, bahwa setelah bertengkar ayah dan ibu langsung berbaikan. Slutsky juga menawarkan strategi untuk menjalani pertengkaran yang lebih "sehat".
"Mengawali argumentasi dengan lembut adalah cara terbaik," ujar Doherty, sambil menambahkan bahwa pertengkaran yang diawali dengan saling menyerang atau menyalahkan hanya akan membuat salah satu pihak menjadi defensif. K
Situs Shaadi.com dari India belum lama ini mengadakan riset menyeluruh bersama agensi IMRB, dan mendapati bahwa 44 persen pasangan menikah percaya bahwa bergaduh membantu menjaga komunikasi tetap berjalan. Membahas masalah dalam hubungan secara konstruktif membuat hubungan jadi bebas stres. Meskipun begitu, harus dibezakan bahwa ada juga jenis pertengkaran yang desktruktif, kasar, dan menyakitkan, yang memang tidak baik untuk hubungan berpasangan.
"Yang ditunjukkan oleh penyelidikkan ini adalah bahwa masalahnya bukan kerna apakah pasangan menjadi marah, tetapi bagaimana mereka mengatasinya," ujar William Doherty, profesor di Department of Family Social Science, University of Minnesota, pada StarTribune.com.
Beberapa pakar lain juga sepakat bahwa argumentasi boleh menjadi cara terbaik untuk menghadapi masalah, dan bukannya menyimpannya saja sehingga menimbulkan kebencian. Paling tidak, kita harus mencoba menyampaikannya kepada pasangan, demikian menurut Bernie Slutsky, penasihat perkawinan di St Louis Park, Minnesota. Kadang-kadang apa yang kita sampaikan mungkin tidak ditangkap oleh pasangan, sehingga nada suara kita jadi "naik". "Tetapi ini masih lebih baik daripada hanya duduk dan saling memunggungi. Yang seperti itu lebih destruktif," katanya.
Menurut Slutsky, tak masalah juga jika orangtua harus bertengkar di hadapan anak, asalkan pertengkaran ini diakhiri dengan saling menghargai. Lewat sesi bergaduh ini orangtua juga boleh menunjukkan pada anak, bahwa setelah bertengkar ayah dan ibu langsung berbaikan. Slutsky juga menawarkan strategi untuk menjalani pertengkaran yang lebih "sehat".
"Mengawali argumentasi dengan lembut adalah cara terbaik," ujar Doherty, sambil menambahkan bahwa pertengkaran yang diawali dengan saling menyerang atau menyalahkan hanya akan membuat salah satu pihak menjadi defensif. K
0 komentar:
Posting Komentar